Rabu, 28 April 2010
di
18.47
|
0
komentar
IPA, IPS DAN BAHASA, KENAPA TIDAK
Setiap kelas X yang akan naik kekelas XI akan dilema dengan persoalan masuk kejurusan mana. Dengan adanya kebingungan itu siswa menjadi tidak percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya dan menjadi minder dengan para pesaingnya. Jurusan IPA, IPS dan BAHASA, sekarang menjadi saling mendeskriminasi, bahkan orang yang masuk jurusan IPA, mungkin hanya mengikuti kemauan orang tuanya saja tanpa memperhatikan kapasitas potensi berprestasi yang dimilikinya, dinilai dari orang tuanya bahwa jurusan IPA mempunyai peluang besar untuk kuliah dan kerja. Sekarang kita harus membuang prasangka – prasangka seperti itu, sekarang anak IPA bebas kuliah dijurusan IPS ataupun BAHASA dan sebaliknya. Dengan adanya itu, mereka tidak dideskriminasi, hanya saja harus pandai – pandailah meraih kesempatan berprestasi untuk bekal kehidupan yang akan datang.
Sanggar Sastra Event
“Menjelang Jatuh”
Sanggar Sastra sudah akrab ditelinga kita, disinilah tempat mengembangkan kemampuan sastra kita, karena kita ini lahir di negara yang tercinta ini yaitu Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan bahasa nasionalnya yaitu bahasa Indonesia.
Beberapa bulan yang lalu, Sanggar Sastra menggelar event yaitu Apresiasi Sastra dan Musikalisasi Puisi. Dievent yang diadakan di aula SMA 2 Semarang ini, banyak orang yang berdatangan dari berbagai kalangan. Saat pementasan sedang berlangsung, sebagian orang pada ribut istilahnya rame sendiri, tidak tahu maksud yang disampaikan oleh tim Sanggar Sastra, sehingga menggangu orang yang sedang asyik mengapresiasi puisi dan situasi pada kloter pertama memang tidak terasa menyenangkan. Tapi santai saja, penonton setia masih dapat melakukan apresisiasi terhadap puisi tersebut pada kloter kedua, karena pada kloter ini, penontonnya agak sepi sehingga memudahkan kita menyaksikan dan mengapresiasinya. Tetapi masalah utama dalam acara tersebut adalah sound sistemnya, yang suaranya kurang begitu jelas bila terdengar di telinga
Siswa Yang Aktif, Genggamlah Prestasi
SMA N 2 berhasil mendapat title RSBI pada tahun 2009, namun semakin tinggi title yang diperoleh, semakin berat pula tugas yang diembannya. Kini murid – murid jebolan RSBI itu dituntut harus berprestasi meskipun rata – rata nilai yang dipatok sekolah tersebut cukup tinggi yakni 75 dari masing – masing mapel, meskipun ketuntasannya tinggi, tidak menyurutkan siswa untuk meraih prestasi, malah menjadikannya sebuah tantangan. Siswa berprestasi itu cirinya aktif bukan hiperaktif karena itu tuntutan kurikulum pendidikan yaitu (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Ada beberapa masalah dari penyelenggaraan RSBI ini, meskipun terkesan mendadak untuk siswa kelas X yang bahasa Inggrisnya tidak cas cis cus, bisa menjadi salah satu penghambat untuk berprestasi. Karena pada dasarnya siswa itu mengerti mapel itu berhubung diganti dengan bahasa Inggris maka kesulitan itu akan melanda. Selain iurannya yang besar, guru – gurunyapun sedang belajar mendalami bahasa Inggris. Meskipun kemampuan bahasa Inggrisnya bisa dibilang setara dengan muridnya atau bahkan lebih bagus muridnya. Untuk kelancaran berjalannya penyelenggaran RSBI serta menghapus kata “R” menjadi SBI dibutuhkan kerja sama dengan komponen – komponen penunjang keberhasilan tersebut, seperti siswa berprestasi, wali murid, guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah dll.
Diposting oleh
Best On Th3 BesT